Intelegensi adalah kemampuan kognitif individu
untuk belajar dari pengalaman,beradaptasi dengan lingkungan,dan keahlian dalam
pemecahan masalah
TEORI – TEORI
INTELEGENSI
Teori – Teori
mengenai intelegensi ada beberapa macam, diantaranya:
1.
Teori Two- Faktor
Inteligensi
terdiri dari faktor G (general factor) kecerdasan umum yang berfungsi
dalam setiap aktivitas mental & faktor S (specific factors)
kemampuan khusus seseorang: verbal, numerikal, mekanikal, perhatian, imajinasi,
dll.(Charles Spearman)
2.
Teori Primary Mental Abilities
Inteligensi
terdiri sekelompok faktor (primary Mental Abilities): verbal
comprehension, numerical, spasial visualization, perseptual ability, memory,
reasoning & word fluency. (L.L Thurstone).
3.
Teori Triarchis
Menggambarkan
proses berpikir sebagai komponen yang diklasifikasikan menurut fungsi &
sifat:
- Meta component:
mengidentifikasi masalah, merencanakan, menunjukan perhatian dan memantau
sejauh mana strategi yang dipilih tersebut bekerja.
- Performance component: melaksanakan strategi yang telah
dipilih.
- Knowledge acquisition component : menyangkut perolehan
pengetahuan (Sternberg).
TEORI – TEORI
INTELEGENSI
Teori – Teori
mengenai intelegensi ada beberapa macam, diantaranya:
1.
Teori Two- Faktor
Inteligensi
terdiri dari faktor G (general factor) kecerdasan umum yang berfungsi
dalam setiap aktivitas mental & faktor S (specific factors)
kemampuan khusus seseorang: verbal, numerikal, mekanikal, perhatian, imajinasi,
dll.(Charles Spearman)
2.
Teori Primary Mental Abilities
Inteligensi
terdiri sekelompok faktor (primary Mental Abilities): verbal
comprehension, numerical, spasial visualization, perseptual ability, memory,
reasoning & word fluency. (L.L Thurstone).
3.
Teori Triarchis
Menggambarkan
proses berpikir sebagai komponen yang diklasifikasikan menurut fungsi &
sifat:
- Meta component:
mengidentifikasi masalah, merencanakan, menunjukan perhatian dan memantau
sejauh mana strategi yang dipilih tersebut bekerja.
- Performance component: melaksanakan strategi yang telah
dipilih.
- Knowledge acquisition component : menyangkut perolehan
pengetahuan (Sternberg).
PENGUKURAN
INTELEGENSI
Pada tahun 1904,
Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu
alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu
dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis
Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes
Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang
menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan
chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks
seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang
bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau
IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak
sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi
atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum.
Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi
tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi
juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori
Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut
teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang
dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping
alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih
spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Validitas dan
Reliabilitas
Test intelegensi
kebanyakan menggunakan prestasi sekolah sebagai promotor atau kriteria
utamanya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tes intelegensi memang
mempunyai korelasi yang amat tinggi dengan prestasi sekolah. Jadi dalam hal ini
tes tersebut valid. Pertanyaan validitas, dan khususnya reliabilitas tes intelegensi
menyangkut pada pengaruh budaya. Bila tes dapat dibuat sama sekali tidak
dipengaruhi oleh budaya (Culture Fair atau Culture Free) maka tes tersebut
dapat diharapkan reliabel (dapat dipakai di mana saja).
Jenis-Jenis Tes
Intelegensi
Berdasarkan penataannya
ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu :
1) Tes
Intelegensi individual, beberapa di antaranya:
a. Stanford – Binet
Intelegence Scale.
b. Wechster – Bellevue Intelegence
Scale (WBIS)
c. Wechster –
Intelegence Scale For Children (WISC)
d. Wechster – Adult
Intelegence Scale (WAIS)
e. Wechster
Preschool and Prymary Scale of Intelegence (WPPSI)
2) Tes
Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya:
a.
Pintner Cunningham Prymary Test
b. The California Test of
Mental Makurity
c. The
Henmon – Nelson Test Mental Ability
d. Otis
– Lennon Mental Ability Test
e.
Progassive Matrices
3) Tes
Intellegensi dengan tindakan perbuatan=
Untuk tujuan
program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes intelegensi
kelompok berupa:
- The California
Test of Mental Maturity (CTMM)
- The Henmon – Nelson Test Mental Ability
- Otis – Lennon Mental Ability Test, and
- Progassive Matrices. (22)
SUMBER:
Santrock, J.W. 2008. Psikologi
Pendidikan (edisi kedua).Kencana. Jakarta
king,Laura A. 2010.Psikologi Umum.Salemba Humanika.Jakarta
http://www.psychologymania.com/2011/09/intelegensi-manusia.html